Nilai tukar rupiah terus melanjutkan tren pelemahan hingga mencapai level Rp15.266 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tersebut melemah sebesar 0,94 persen atau 142,5 poin, seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang negara di kawasan Asia. Mata uang won Korea tercatat melemah lebih dalam sebesar 1,27 persen, sementara yuan China melemah 0,90 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,34 persen terhadap dolar AS.
Pada pertemuan FOMC September 2022, the Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Diperkirakan, kenaikan suku bunga ini akan terus berlanjut hingga 125 basis poin sampai dengan akhir 2022. Langkah dan pernyataan the Fed yang masih hawkish mendorong penguatan dolar, sehingga memicu terjadinya capital outflow di negara emerging market, termasuk Indonesia.
Indeks dolar AS mengalami tren peningkatan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih mengalami depresiasi. “Volatilitas ini telah memicu outflow terutama pada bond holder. Seluruh negara emerging mengalami capital outflow. Capital outflow mengalami kenaikan yang sangat ekstrem, indonesia juga mengalaminya,” katanya, Senin (26/9/2022). Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan kinerja pasar SBN di dalam negeri masih terjaga. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan porsi kepemilikan asing terhadap SBN.
Pada tahun ini, tingkat inflasi diperkirakan meningkat tinggi, terutama disebabkan oleh penyesuaian harga BBM dan inflasi pangan. Inflasi ditargetkan turun ke level 3,6 persen pada tahun depan. Pada 2023 pun, perekonomian diperkirakan tetap tumbuh positif dan kuat sebesar 5,3 persen di tengah kondisi ketidakpastian global yang masih tinggi.